Al-Qur'an Online

My wedding memory

Kamis, 06 Januari 2011

From Karebosi with LPI

PERSATUAN Sepakbola Makassar (PSM) didirikan pada 2 November 1915. Ditinjau dari segi usia, PSM lebih tua dari PSSI yang berdiri pada 19 April 1930.

Semula perkumpulan sepakbola itu bernama Makassar Voetbal Bond (MVB). Klub ini akan diluncurkan dengan format baru pada 8 Januari besok, bertepatan dengan mulai bergulirnya Liga Primer Indonesia 2010.

Mengapa PSM hengkang dari kompetisi Indonesia Super League (ISL) ala PSSI? Ada penilaian bahwa LPI merupakan pertunjukan ketidaksukaan dari beberapa kalangan terhadap pola kompetisi yang dihelat PSSI. Apakah PSM juga sudah tidak suka lagi dengan PSSI?

Bermodal tiga tanda tanya itu, Okezone mendekati Walikota Makassar Ilham Arief Sirajuddin, yang sekaligus menjabat ketua umum PSM. Saat kami berbincang, Senin (3/1/2011), Ilham Arief sedang menyaksikan latihan perdana skuad asuhan Robert Renee Albert di lapangan Karebosi, Makassar.

Jawab Ilham, “Selama ini kompetisi yang diikuti PSM hanya ISL saja, tetapi keputusan mengundurkan diri dari LSI tidak lepas dari akumulasi persoalan yang timbul karena penyelenggaraan liga yang dikelola ternyata tidak profesional.”

Akumulasi persoalan yang mendera PSM yang dimaksud Ilham dapat disimak mulai dari kecurangan yang dilakukan perangkat pertandingan sampai pada kericuhan massal di Stadion Mattoanging. Sejak protes keras pelatih Albert tentang kinerja perwasitan nasional hingga kekacauan di laga kandang PSM versus Semen Padang.

“Kompetisi yang berkualitas dengan orientasi pembinaan terarah yang jelas menjadi tujuan PSM mengikuti suatu pertandingan. Kami lihat itu potensial dapat terpenuhi dalam Liga Primer Indonesia,” tukas Ilham.

Sedangkan dari kacamata lain, salah seorang pemain muda PSM yang mewanti-wanti namanya jangan dipublikasikan, mengatakan, “Kami tidak peduli dengan ISL atau LPI, yang penting kami terus bisa main kemudian syukur dapat memenuhi panggilan tim nasional.”

Pemain yang memberi pernyataan, namanya termasuk ke dalam salah satu dari tiga pemain PSM yang dipanggil untuk mengikuti seleksi timnas U-23 ke SEA Games Palembang 2011. Dia jadi dilanda risau bahwa pertentangan berbau politis yang terjadi antara pengurus PSSI kontra penyelenggara LPI akan mempengaruhi performa pertandingan di lapangan hijau sebagai tontonan yang menghibur masyarakat Tanah Air penggila sepakbola.

Selain PSM Makassar, dua klub lain mengikuti jejaknya, yakni Persema Malang dan Persibo Bojonegoro. Terbetik pula informasi tentang krisisnya Persija Jakarta dan terlilitnya keuangan Arema Malang. Naga-naganya lima klub itu, di mana tersimpan basis tradisional kekuatan sepakbola nasional, akan berhitung ulang untuk meneruskan kiprahnya mematuhi PSSI. Di sisi lain, tabiat pengurus PSSI sendiri sudah jauh melenceng dari prinsip awal didirikannya organisasi olahraga tertua di Indonesia itu sebagai “alat perjuangan”.

Kompetisi ISL hanya dikeruk menjadi tambang uang bagi oknum di dalam mafia persepakbolaan, sumber terbesarnya satu saja: Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Profitnya entah masuk ke kantong siapa. Yang aneh, unsur-unsur yudikatif dalam lembaga negara RI seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kejaksaan Agung, dan aparat kepolisian belum juga melakukan penyelidikan awal mengenai berapa besar kerugian negara akibat kompetisi sepakbola nasional.

Apakah mafia korupsi ada juga di dalam lingkaran PSSI? Siapa saja mereka?

Jangankan para investigator, para penggila bola yang selama ini bersikap netral pun sudah dapat menerka apa jawabnya. Jadi, mari kita cari “Gayus” baru yang menjadi “makelar kasus” sepakbola. Tampaknya bukan soal yang rumit-rumit amat buat menemukan siapa gerangan orangnya!

Besok, kibarkanlah bendera setengah tiang sebagai tanda turut berduka cita bagi berakhirnya zaman kegelapan sepakbola Indonesia. Sama-sama kita ucapkan, “Selamat datang fajar baru sepakbola Indonesia!”
(fit)

0 komentar:

Posting Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com